KISAH WAYANG AJEN DI SPAIN (bag. 15)

Catatan Pandu Radea  dari Festival International de Titeres de Canarias

THE LAST PERFOMANCE

          
          8 kali, tim Wayang Ajen pentas di kepulauan Canarias yang merupakan gugusan  kepulauan. terluar Spanyol. Selesai pertunjukan di Aguimes, selanjutnya kami diundang oleh Duta Besar Indonesia di Madrid, Slamet S Mustafa untuk pentas pamungkas di Auditorio Conde Duque. Menurut kabar, gedung pertunjukan ini pernah dipergunakan untuk konser Michael Jackson dan Mariah Carrey. mendengar ini, tentu saja kami merasa senang. "Wah, kalo gitu mah, harkat manggung wayang teh sarua we jeung Michael Jakson atuh, ngalaman minton di gedung yang sama" ujar Dodong manggut-manggut.

          Hanya semalam kami beristirahat di gedung kedutaan RI. Pada kesempatan itulah kami menemukan kembali masakan indonesia. Nasi goreng special. keesokan harinya kami sudah meluncur menuju Conde Duque. Gedung berkapasitas 1000 orang itu nyaris penuh. Setengah dari penonton adalah warga Indonesia. Rupanya, Allen Simarmata (kep Bidang Penerangan KBRI Madrid) dan stafnya, Suyatno telah mengirimkan undangan melalui internet ke beberapa milis milik komunitas warga Indonesia di Madrid. Selain dihadiri oleh duta besar dan pejabat penting KBRI, Ferrnando Delague, Direktur Casa Asia Madrid pun ikut hadir. Casa Asia adalah perusahaan yang turut mensponsori kami tampil di Madrid.
 
          Sebelum pertunjukan, kami sedikit mengalami masalah dengan tekhnisi gedung. Mereka sepertinya kurang memahami dengan kebutuhan kami, terutama menyangkut posisi lampu. Saat diminta untuk menyiapkan 2 lampu di kiri dan kanan bawah, (disamping jagat alit), ternyata mereka  tidak mau memenuhinya dengan alasan tidak memiliki lampu yang kami inginkan. Suyatno sempat bersitegang dengan tekhnisi yang terkesan meremehkan kami. Untung saja Tavip Lampung membawa lampu untuk keperluan tersebut.

          Tanpa banyak omong, lampu rakitan buatan Tavip segera kami pasang. Dan hasilnya ternyata sempurna. Si tekhnisi hanya terdiam melihat tindakan kami. Bahkan setelah melihat peralatan lampu Gambar Motekar milik Tavip yang sederhana namun mampu menghasilkan cahaya yang berkualitas (kelebihan Gambar Motekar adalah tidak adanya titik cahaya dari lampu yang dipancarkan) si tekhnisi yang merasa hebat itu semakin bengong. Baru nyaho rupanya. Tanpa lampu yang mahal dan modern pun, kami mampu menghasilkan efek cahaya yang lebih canggih.

           Jamilah, yang bertindak sebagai pembawa acara banyak menceritakan tentang Wayang Ajen kepada penonton, khususnya warga Madrid. Bahasa Spanyolnya yang lancar membuat mereka semakin mengerti tentang seni wayang Indonesia.  Pertunjukan pun akhirnya kembali mendulang sukses. Menurut beberapa penonton Indonesia, Perpaduan Wayang Golek dan Gambar Motekar menjadi komposisi yang sangat menarik. Dan pertunjukan yang berdurasi 1 jam itu dianggap terlalu singkat.

          Satu hal, karena kami pentas di Madrid, maka kami banyak menyinggung tentang ikon Madrid dalam dunia sepak bola. Nama Penjaga gawang Iker Casillas dan striker gaek  Real Madrid, Raul Gonzales adalah pahlawan bagi kota Madrid. Sehingga kami tidak berani menyebut-nyebut pemain Barcelona seperti pertunjukan sebelumnya. karena bagi Warga Madrid yang fanatic terhadap sepak bola, Barcelona adalah rival berat, apalagi sebelumnya, El Real dilibas habis 6 -2 oleh Messi dan pasukannya .
 

           Slamet S Mustafa, Dubes Indonesia untuk Kerajaan Spanyol menyatakan bahwa ini adalah pertunjukan Wayang Indonesia yang kedua di dilaksanakan di kota Madrid. Sedangkan pertunjukan pertama, diselenggarakan 36 tahun yang lalu.  Dirinya merasa puas dan berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada kami yang dianggap berjasa besar dalam mempromosikan seni budaya Indonesia di Spanyol, khususnya di Kepulauan Canarias.

          Sebelum pulang ke tanah air, kami sempat mengunjungi Estadio Santiago Bernabeu. Inilah Stadion keramat milik klub Real Madrid. Konon tiket kelas ekonomi dapat dibeli seharga 80 euro. Kelas VIP tentu lebih mahal lagi. Suyatno mengatakan, jika wisatawan berkunjung ke Madrid akan kurang afdol jika tidak menyambangi Santiago Bernabeu. Rupanya satadion ini merupakan salah satu tempat kebanggaan sekaligus  ikon pariwisata bagi kota Madrid. Bagi saya yang menggilai Sepak bola luar negeri khususnya Liga Spanyol, berkunjung ke Santiago Bernabeu tentu saja hal yang sangat menyenangkan sekaligus menjadi pelipur lara karena kami tidak mampu membeli cendramata untuk sanak saudara di tanah air. Selain sempitnya waktu untuk nyari souvenir, juga akibat harganya yang tak terjangkau oleh kurs rupiah. 
 
 

Komentar

Postingan Populer