KISAH WAYANG AJEN DI SPAIN (bag. 11)
Catatan Pandu Radea dari Festival International de Titeres de Canarias
DOUBLE IMPACT
Berbeda dengan di El Rosario, disini kami bermain dengan total. Semua peralatan gedung menunjang kebutuhan pagelaran. Jorge, tekhnisi gedung antusias membantu kami walaupun tangannya tengah sakit. Kami ingin tunjukan kepada Domingo Borges dan penonton, kekuatan seni Wayang Golek Sunda. Pertunjukan kami tidak sia-sia. Penonton terpuaskan. Usai pagelaran selesai mereka memberikan standing aplaus sambil berdiri, ini adalah gaya penghormatan tinggi ala eropa. Setelah itu penonton langsung menyerbu panggung untuk memberi selamat sekaligus mengerumuni kami. Malam itu kami menjadi bintang.
Usai pagelaran, kami segera berkemas, energy yang banyak terkuras membuat kami ingin segera merebahkan diri di kamar hotel. Setelah packing material selesai, Domingo tergopoh-gopoh menghampiri kami. Dengan bahasa Inggris terpatah-patah dirinya menyampaikan permohonan agar malam itu juga kami main lagi. Hal itu, menurutnya atas permintaan dari warga yang tidak sempat menonton karena terlambat datang.
Sampai akhirnya, saat usai pertunjukan dan penonton puas mengerumuni kami, Domingo, Filia, dan Fransisco menghampiri kami dan menyatakan bahwa ini adalah pertunjukan terbaik dari sekian pertunjukan dari group lain yang telah ditampilkan di gedung ini. Ana Skubik, artis dari Wiczy Theatre Polonia berkali-kali melontarkan pujiannya. Dirinya terpesona melihat pertunjukan wayang ajen, terutama kemampuan improvisasi untuk menjalin komunikasi dengan penonton.
Namun sebelum, Jorge menyentuh si Cepot, dengan luwes si Cepot sudah meloncat kembali di atas jagad dan mentertawakan si Jorge yang tertipu. Menyadari dirinya dikerjai, Jorge menjadi kikuk apalagi disaksikan ratusan pasang mata. Kekikukannya itulah yang membuat penonton tertawa terbahak-bahak. Usai pagelaran, kami kembali menjadi bintang.
Rasa bangga ini mungkin hanya dapat dirasakan oleh kami dan handai tolan yang mengetahui perjuangan kami membangun citra bangsa di negeri asing ini. Malam itu perasaan gembira itu cukup kami pendam, tanpa berharap lebih, selain bersyukur pada Allah SWT, atas anugrah yang kami rasakan selama menjali proses berkesenian. (sambung)
Komentar
Posting Komentar